ABSTRAK
Zzsazsa Novia
Khairunnisa, PENGARUH PENDIDIKAN KESETARAAN (PAKET A, B, C) BAGI ANAK-ANAK
PUTUS SEKOLAH, ditulis dalam rangka melengkapi Tugas Ilmu Sosial Dasar Tahun
2012
Dosen Pempimping : Ira
Windarty
Kata Kunci: Anak-anak
putus sekolah, kesetaraan, pengaruh.
Semakin marak bahkan
banyak instansi-instansi negeri maupun swasta yang menawarkan kejar paket untuk
mereka yang putus sekolah. Program pendidikan seperti ini sangat memudahkan
mereka yang tidak memiliki ijazah karena putus sekolah disaat menjejaki
pendidikan. Kebanyakan mereka memiliki umur yang tidak setara lagi untuk
mengenyam bangku sekolah. Tapi selain itu lebih banyak lagi anak-anak putus
sekolah yang dapat memanfaatkan sarana-sarana ini. Selain biaya yang jauh lebih
murah dibanding sekolah formal, kendala waktu pun dapat diatasi karena tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan paket kesetaraan ini. Lebih dari
itu fasilitas-fasilitas yang disediakan instansi-instansi terkait cukup
memadai. Serta tujuan dan dasar pemikiran sejumlah instansi mengadakan paket
kesetaraan ini berbanding lurus dengan alasan mereka dan cita-cita anak-anak
putus sekolah tersebut.
LATAR
BELAKANG
Puji dan syukur ke
hadirat Allah SWT karena berkat karunia, rahmat dan hidayah-Nya kepada para
hamba-Nya, telah memudahkan saya untuk menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW juga keluarga, para sahabat dan para umatnya
yang senantiasa istiqomah menjalankan syariatnya.
Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Ilmu Sosial Dasar. Selanjutnya saya berharap makalah ini dapat
dijadikan pertimbangan nilai studi. Saya menyadari dalam penyusunan laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan baik susunan kata ataupun kerapihan. Saya
sangat menerima saran yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan pada
makalah selanjutnya. Selain itu saya berharap makalah ini dapat berguna dan
dimanfaatkan sebagaimana mestinya
Depok,
22 Nopember 2012
Zsazsa
Novia K.
A.
PENDAHULUAN
Beragam persoalan selalu mengikuti proses
penyempurnaan pembanguna di bidang pendidikan Indonesia. Baik di bidang
pendidikan formal, non formal maupun informal. Semua bidang memiliki kendala
sendiri-sendiri. Pada jalur non formal program kesetaraan khususnya kejar paket
A, B dan C misalnya, hingga kini masih banyak hambatan sosial masyarakat. Hal ini
disebabkan karena orang yang seharusnya mengikuti program pendidikan ini
mayoritas berusia di atas 44 tahun, sehingga rata-rata mereka beranggapan bahwa
tidak ada gunanya melanjutkan kesetaraan sebab tanpa penambahan ilmu
pendidikan, perekonomian dan kehidupan mereka sudah memadai. Penyebab lainnya
karena adanya perasaan malu di kalangan warga, khususnya program paket A karena
merupakan paket kesetaraan sekolah dasar. Meski menyadari adanya hambatan,
namun pemerintah tetap menjalankan program ini. Karena hal ini merupakan salah
satu bentuk tanggung jawab dari pemerintah untuk memfasilitasi dan memberikan
kesempatan kepada setiap warga negaranya untuk mengakses pendidikan.
Namun dilihat dari tujuan pemerintah, fasilitas
pendidikan ini sangat tepat jika lebih ditujukan untuk anak-anak putus sekolah.
Sesuai pepatah “Belajar di waktu kecil, bagaikan mengukir di atas batu. Belajar
di waktu tua bagaikan mengukir di atas air”. Namun amat memprihatinkan apabila
kita melihat di pinggiran jalan, di atas kendaraan umum atau fasilitas umum
lainnya yang lebih banyak anak-anak seumuran sekolah dasar bertebaran untuk
mengamen, mengemis atau kegiatan mencari uang recehan lainnya. Mereka disana
bukan karena malas, tapi lebih karena ekonomi dan himpitan uang yang memaksa
mereka untuk berhenti sekolah atau bahkan tidak sekolah. Kondisi seperti ini
memang bukan baru-baru terjadi di negara ini, sudah perpuluh-puluh tahun
kondisi ini mewarnai tanah air ibu pertiwi. Dahulu kegiatan mengemis, mengamen
dan lain sebagainya adalah kegaiatan yang menyedihkan dan merupakan kondisi
yang harus dihindari. Namun sekarang bermakna berbeda, mengemis, mengamen dan cara
penjualan rasa iba yang lainnya adalah salah satu pilihan pekerjaan yang dapat
diandalkan, mudah dan tanpa harus melewati jenjang mendidikan dan meraih karir
untuk mendapatkan uang. Pemahaman seperti ini ditanamkan pada anak-anak ini,
maka jatuhnya adalah kualitas pendidikan Indonesia turun dan akhirnya rendah
bahkan tertinggal. Yang sering kita lupakan yaitu anak-anak putus sekolah ini
pastinya tidak pernah mencita-citakan pekerjaan seperti ini harus mereka jalani
sejak usia dini. Anak-anak ini juga pastinya akan bersemangat untuk menambah
ilmunya, namun mereka berpikiran waktunya akan lebih berguna untuk mengamen dan
mendapatkan uang. Sekarang cara penggalakan program pendidikan ini yang harus
dibenahi.
B.
PEMBAHASAN
Pendidikan
kesetaraan ini merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan luar
sekolah sebagai suatu sub sistem pendidikan non formal. Yang dimaksudkan
pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan
tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. Dengan
adanya batasan pengertian tersebut, rupanya pendidikan non formal tersebut
berada antara pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan kesetaraan
adalah salah satu satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal yang meliputi kelompok belajar (kejar)
Program Paket A setara SD/MI, Program Paket B setara SMP/MTs, dan Program Paket
C setara SMA/MA yang dapat diselenggarakan melalui Sanggar Kegiatan Belajar
(SKB), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau satuan sejenis lainnya. Dalam
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan
formal, nonformal, informal yang dapat saling melengkapi atau mengganti.
Berkenaan
dengan hal tersebut diatas, maka salah satu upaya yang ditempuh untuk
memperluas akses pendidikan guna mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah
melalui pendidikan kesetaraan. Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan
non formal yang menyelenggarakan pendidikan umum yang mencakup Paket A (setara
SD), Paket B (setara SMP), Paket C (setara SMA)
1. Peranan Pendidikan Kesetaraan
Peran pendidikan Kesetaraan yang meliputi program Paket A, B dan C sangat strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan. Penyelenggaraan program ini terutama ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti daerah perbatasan, daerah bencana, dan daerah yang terisolir yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang memadai bahkan juga bagi TKI di luar negeri dan calon TKI.
Memahami nilai dan manfaat program pendidikan kesetaraan bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi pada program yang diselenggarakan dengan antusias.
Untuk skala nasional, penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan dimaksudkan sebagai upaya untuk mendukung dan mensukseskan program pendidikan wajib belajar 9 tahun yang merupakan penjabaran dari rencana strategis Departemen Pendidikan nasional yang meliputi perluasan akses, pemerataan, dan peningkatan mutu pendidikan
2. Tujuan Pendidikan Kesetaraan
Tujuan pendidikan kesetaraan program kejar paket A, B dan C adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap warga belajar sehingga dpat memiliki pengetahuan , keterampilan.
3. Kendala yang dihadapai dalam Pendidikan Kesetaraan
Mengajak warga masyarakat untuk belajar di kelompok belajar (Kejar) paket tidaklah mudah. Sesuai denga sebutannya yakni Kejar, kita betul-betul harus mengejar para calon warga belajar ini. Memotivasi mereka dan menjelaskan akan pentingnya pendidikan. Untuk itu memang perlu memiliki kemampuan dalam melakukan pendekatan terhadap sasaran didik ini. Maklumlah, mereka adalah orang-orang yang bermasalah. Bermasalah dalam artian berkaitan dengan berbagai masalah seperti masalah ekonomi sehingga membuat mereka tidak mampu melanjutkan pendidikannya di pendidikan formal.
Faktor-faktor yang paling sering mempengaruhi kegagalan mereka melanjutkan pendidikan formalnya antara lain yang paling signifikan adalah faktor ekonomi. Oleh karena itulah faktor ekonomilah yang lebih mereka perhatikan dari pada pendidikan. Pada saat melaksanakan proses belajar ini juga sarat dengan menghadapi berbagai kendala seperti warga belajar yang bermalas-malasan. Kendala lainya adalah masalah cuaca yang kurang bersahabat. Terutama sekali saat-saat musim penghujan. Pada musim penghujan biasanya warga belajar malas keluar rumah untuk diajak belajar.
Untuk memberikan semangat (motivasi) kepada warga belajar agar tetap senang belajar, maka pengelola program pendidikan kesetaraan diharapkan juga mendirikan Taman bacaan masyarakat (TBM), yaitu merupakan sarana belajar bagi masyarakat untuk memperoleh informasi dan mengembangkan pengetahuan guna memenuhi minat dan kebutuhan belajarnya yang bersumber dari bahan bacaan dan bahan pustaka lainnya. Ini semacam perpustakaan mini dan tersebar untuk menjangkau masyarakat yang jauh dari layanan perpustakaan. Ada dua sasaran prioritas utama sasaran pendirian taman bacaan masyarakat, pertama untuk peningkatan minat baca masyarakat dan kedua untuk memelihara kemampuan keaksaraan masyarakat. Disamping itu, diharapkan keberadaan TBM bisa menjadai tempat berkumpul warga masyarakat untuk sekedar ngobrol mempererat silaturahim tukar informasi untuk memperkaya wawasan. Dengan demikian TBM pun bisa berfungsi sebagai ruang publik untuk melakukan sosialisasi diri, termasuk mempromosikan/mengenalkan program-program pendidikan nonformal kepada masyarakat.
Dalam Pelaksanaan Program Paket A setara SD dan Paket B Setara SUP, berbagai permasalahan yang paling berat dihadapi, diuraikan sebagai berikut:
1. Warga belajar
Permasalahan yang berkaitan dengan warga belajar adalah:
a) lokasi tempat tinggal warga belajar saling berjauhan sehingga sulit mendapatkan satu kelompok sebanyak 40 orang warga belajar;
b) latar belakang sosial ekonomi warga belajar lemah sehingga frekuensi kehadirannya sangat rendah;
c) warga belajar menjadi pencari nafkah keluarga, mereka hanya belajar kalau waktu mengizinkan;
d) motivasi belajar rendah, mereka berpendapat tanpa belajarpun mereka sudah mendapatkan uang.
2. Tutor
Tugas tutor bukanlah mengajar tetapi membimbing warga belajar dalam memahami materi pelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu diperlukan tutor yang paham akan masalah Pendidikan.
Masalah yang menghambat pelaksanaan Paket A, B dan C adalah:
a) sulit mendapatkan tutor yang memiliki latar belakang keguruan, khususnya tutor IPA dan Bahasa Inggris;
b) honorarium yang diterima tutor tidak memadai
c) usaha peningkatan kemempuan Tutor tidak merata, banyak Tutor yang tidak pernah ditatar dan tempat tinggal Tutor jauh dari warga belajar.
Seorang Tutor untuk mampu melaksanakan tugasnya dengan baik seharusnya dilengkapi dengan kebiasaan seperti:
a) Kemampuan mengidentifikasi kebutuhan belajar
b) Kemampuan menyusun program prmbelajaran yang berorientasi pada tujuan yang diinginkan warga belajar
c) Kemampuan berkomunikasi agar mampu menggunakan berbagai cara alam pembelajaran.
d) Kemampuan menjalankan program dalam arti kemampuan mengorganisir program.
e) Kemampuan menilai hasil program. Dengan demikian Tutor harus mengalami standar yang harus dicapai pada setiap kurun waktu.
f) Kemampuan menggunakan hasil penilaian dalam usaha memperbaiki program di masa mendatang.
3. Prasarana dan Sarana
1. Prasarana
Permasalahan prasarana belajar yang dapat dipertimbangkan sebagai penyebab hambatan belajar antara lain:
a) belum memiliki gedung sendiri, tetapi masih memanfaatkan Balai Desa; gedung sekolah yang kosong dan tempat pertemuan lainnya, sehingga tidak jarang meminjam tempat tinggal tokoh masyarakat atau rumah warga belajar yang luas. Dengan dilembagakannya PKBM sebagai tempat segala kegiatan yang ada di masyarakat, maka dapat digunakan oleh warga belajar Kejar Paket P, dan B Setara;
b) lokasi gedung sekolah jauh dari tempat tinggal warga belajar; dan
c) fasailitas belajar kurang memadai.
2. Sarana
Sarana belajar sebagai media yang digunakan untuk belajar membawa berbagai hambatan antara lain: (a) jumlah modul terbatas, yaitu 1 modul untuk 3 orang warga belajar, yang seharusnya 1 modul untuk tiap warga belajar, akibatnya mereka sukar untuk dapat melaksanakan proses belajar mandiri; (b) terbatasnya jumlah buku yang dapat menambah wawasan warga belajar; dan (c) kurang dimanfaatkannya sarana belajar lokal atau yang tersedia di lokasi kegiatan.
4, Pehabtanas.
Secara konseptual penilaian terhadap warga belajar Paket A, B dan C dilaksanakan dalam bentuk evaluasi proses pembelajaran modul, evaluasi sekelompok modul dan penilaian hasil belajar tahap akhir akhir (Perhabnatas). Secara umum langkah penilaian tersebut di lapangan sudah dilaksanakan, khusus untuk Perhabnatas materi pelajaran yang diujikan meliputi PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan matematika untuk Paket A dan ke lima bidang studi tersebut ditambah Bahasa Inggris untuk Paket B. pelaksanaan pengembangan soal dan pemerikasaan hasil ujian tidak dikelola oleh perencana dan pelaksana pembelajaran
Pelaksanaan Perhabnatas masih menghadapi beberapa masalah, antara lain:
(a) terbatasnya jumlah tenaga yang handal yang mampu menangani Perhabnatas;
(b) pendaftaran peserta ujian yang sering terlambat;
(c) pendaftaran peserta tidak sekaligus, akibatnya sering berbeda antara data yang dikirim oleh daerah dengan data yang diterima di pusat;
(d) data peserta yang sering berubah-ubah, akibatnya menghambat dalam membuat pengumuman kelulusan;
(e) longgarnya pengawasan, akibatnya di beberapa daeah ditemukan adanya kesenjangan pelaksanaan;
(f) terlambatnya pengumuman akibat terlambat pengembalian Lembar Jawaban Kerja (LJK) dari daerah ke pusat, yang dapat mengakibatkan kurang kepercayaan peserta pada sistem yang dibangun
Peran pendidikan Kesetaraan yang meliputi program Paket A, B dan C sangat strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan. Penyelenggaraan program ini terutama ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti daerah perbatasan, daerah bencana, dan daerah yang terisolir yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang memadai bahkan juga bagi TKI di luar negeri dan calon TKI.
Memahami nilai dan manfaat program pendidikan kesetaraan bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi pada program yang diselenggarakan dengan antusias.
Untuk skala nasional, penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan dimaksudkan sebagai upaya untuk mendukung dan mensukseskan program pendidikan wajib belajar 9 tahun yang merupakan penjabaran dari rencana strategis Departemen Pendidikan nasional yang meliputi perluasan akses, pemerataan, dan peningkatan mutu pendidikan
2. Tujuan Pendidikan Kesetaraan
Tujuan pendidikan kesetaraan program kejar paket A, B dan C adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap warga belajar sehingga dpat memiliki pengetahuan , keterampilan.
3. Kendala yang dihadapai dalam Pendidikan Kesetaraan
Mengajak warga masyarakat untuk belajar di kelompok belajar (Kejar) paket tidaklah mudah. Sesuai denga sebutannya yakni Kejar, kita betul-betul harus mengejar para calon warga belajar ini. Memotivasi mereka dan menjelaskan akan pentingnya pendidikan. Untuk itu memang perlu memiliki kemampuan dalam melakukan pendekatan terhadap sasaran didik ini. Maklumlah, mereka adalah orang-orang yang bermasalah. Bermasalah dalam artian berkaitan dengan berbagai masalah seperti masalah ekonomi sehingga membuat mereka tidak mampu melanjutkan pendidikannya di pendidikan formal.
Faktor-faktor yang paling sering mempengaruhi kegagalan mereka melanjutkan pendidikan formalnya antara lain yang paling signifikan adalah faktor ekonomi. Oleh karena itulah faktor ekonomilah yang lebih mereka perhatikan dari pada pendidikan. Pada saat melaksanakan proses belajar ini juga sarat dengan menghadapi berbagai kendala seperti warga belajar yang bermalas-malasan. Kendala lainya adalah masalah cuaca yang kurang bersahabat. Terutama sekali saat-saat musim penghujan. Pada musim penghujan biasanya warga belajar malas keluar rumah untuk diajak belajar.
Untuk memberikan semangat (motivasi) kepada warga belajar agar tetap senang belajar, maka pengelola program pendidikan kesetaraan diharapkan juga mendirikan Taman bacaan masyarakat (TBM), yaitu merupakan sarana belajar bagi masyarakat untuk memperoleh informasi dan mengembangkan pengetahuan guna memenuhi minat dan kebutuhan belajarnya yang bersumber dari bahan bacaan dan bahan pustaka lainnya. Ini semacam perpustakaan mini dan tersebar untuk menjangkau masyarakat yang jauh dari layanan perpustakaan. Ada dua sasaran prioritas utama sasaran pendirian taman bacaan masyarakat, pertama untuk peningkatan minat baca masyarakat dan kedua untuk memelihara kemampuan keaksaraan masyarakat. Disamping itu, diharapkan keberadaan TBM bisa menjadai tempat berkumpul warga masyarakat untuk sekedar ngobrol mempererat silaturahim tukar informasi untuk memperkaya wawasan. Dengan demikian TBM pun bisa berfungsi sebagai ruang publik untuk melakukan sosialisasi diri, termasuk mempromosikan/mengenalkan program-program pendidikan nonformal kepada masyarakat.
Dalam Pelaksanaan Program Paket A setara SD dan Paket B Setara SUP, berbagai permasalahan yang paling berat dihadapi, diuraikan sebagai berikut:
1. Warga belajar
Permasalahan yang berkaitan dengan warga belajar adalah:
a) lokasi tempat tinggal warga belajar saling berjauhan sehingga sulit mendapatkan satu kelompok sebanyak 40 orang warga belajar;
b) latar belakang sosial ekonomi warga belajar lemah sehingga frekuensi kehadirannya sangat rendah;
c) warga belajar menjadi pencari nafkah keluarga, mereka hanya belajar kalau waktu mengizinkan;
d) motivasi belajar rendah, mereka berpendapat tanpa belajarpun mereka sudah mendapatkan uang.
2. Tutor
Tugas tutor bukanlah mengajar tetapi membimbing warga belajar dalam memahami materi pelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu diperlukan tutor yang paham akan masalah Pendidikan.
Masalah yang menghambat pelaksanaan Paket A, B dan C adalah:
a) sulit mendapatkan tutor yang memiliki latar belakang keguruan, khususnya tutor IPA dan Bahasa Inggris;
b) honorarium yang diterima tutor tidak memadai
c) usaha peningkatan kemempuan Tutor tidak merata, banyak Tutor yang tidak pernah ditatar dan tempat tinggal Tutor jauh dari warga belajar.
Seorang Tutor untuk mampu melaksanakan tugasnya dengan baik seharusnya dilengkapi dengan kebiasaan seperti:
a) Kemampuan mengidentifikasi kebutuhan belajar
b) Kemampuan menyusun program prmbelajaran yang berorientasi pada tujuan yang diinginkan warga belajar
c) Kemampuan berkomunikasi agar mampu menggunakan berbagai cara alam pembelajaran.
d) Kemampuan menjalankan program dalam arti kemampuan mengorganisir program.
e) Kemampuan menilai hasil program. Dengan demikian Tutor harus mengalami standar yang harus dicapai pada setiap kurun waktu.
f) Kemampuan menggunakan hasil penilaian dalam usaha memperbaiki program di masa mendatang.
3. Prasarana dan Sarana
1. Prasarana
Permasalahan prasarana belajar yang dapat dipertimbangkan sebagai penyebab hambatan belajar antara lain:
a) belum memiliki gedung sendiri, tetapi masih memanfaatkan Balai Desa; gedung sekolah yang kosong dan tempat pertemuan lainnya, sehingga tidak jarang meminjam tempat tinggal tokoh masyarakat atau rumah warga belajar yang luas. Dengan dilembagakannya PKBM sebagai tempat segala kegiatan yang ada di masyarakat, maka dapat digunakan oleh warga belajar Kejar Paket P, dan B Setara;
b) lokasi gedung sekolah jauh dari tempat tinggal warga belajar; dan
c) fasailitas belajar kurang memadai.
2. Sarana
Sarana belajar sebagai media yang digunakan untuk belajar membawa berbagai hambatan antara lain: (a) jumlah modul terbatas, yaitu 1 modul untuk 3 orang warga belajar, yang seharusnya 1 modul untuk tiap warga belajar, akibatnya mereka sukar untuk dapat melaksanakan proses belajar mandiri; (b) terbatasnya jumlah buku yang dapat menambah wawasan warga belajar; dan (c) kurang dimanfaatkannya sarana belajar lokal atau yang tersedia di lokasi kegiatan.
4, Pehabtanas.
Secara konseptual penilaian terhadap warga belajar Paket A, B dan C dilaksanakan dalam bentuk evaluasi proses pembelajaran modul, evaluasi sekelompok modul dan penilaian hasil belajar tahap akhir akhir (Perhabnatas). Secara umum langkah penilaian tersebut di lapangan sudah dilaksanakan, khusus untuk Perhabnatas materi pelajaran yang diujikan meliputi PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan matematika untuk Paket A dan ke lima bidang studi tersebut ditambah Bahasa Inggris untuk Paket B. pelaksanaan pengembangan soal dan pemerikasaan hasil ujian tidak dikelola oleh perencana dan pelaksana pembelajaran
Pelaksanaan Perhabnatas masih menghadapi beberapa masalah, antara lain:
(a) terbatasnya jumlah tenaga yang handal yang mampu menangani Perhabnatas;
(b) pendaftaran peserta ujian yang sering terlambat;
(c) pendaftaran peserta tidak sekaligus, akibatnya sering berbeda antara data yang dikirim oleh daerah dengan data yang diterima di pusat;
(d) data peserta yang sering berubah-ubah, akibatnya menghambat dalam membuat pengumuman kelulusan;
(e) longgarnya pengawasan, akibatnya di beberapa daeah ditemukan adanya kesenjangan pelaksanaan;
(f) terlambatnya pengumuman akibat terlambat pengembalian Lembar Jawaban Kerja (LJK) dari daerah ke pusat, yang dapat mengakibatkan kurang kepercayaan peserta pada sistem yang dibangun
C.
KESIMPULAN
Terlihat
dari berbagai sarana dan upaya pemerintah dalam perwujudan program kejar ini,
maka akan lebih sukses lagi bila para penggerak
lebih bersemangat dan lebih konsisten juga tertib dalam pelaksanaan program
kesetaraan ini. Lebih pokok dari itu
adalah kesediaan para warga belajar agar lebih antusias lagi mengikuti program
ini. Baik dari kalangan usia belia atau usia lanjut. Dan memang tidak cukup
dengan program kesetaraan pendidikan ini saja cara untuk membasmi kebodohan. Masih
harus ada kegiatan pembelajaran lain yang lebih “tepat waktu” dalam penyelenggaraannya.
D.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_belajar